GEDUNG Dwi Warna, bangunan kuno yang berlokasi di Jalan Diponegoro No. 59
Bandung merupakan salah satu “saksi sejarah” Konferensi Asia-Afrika (KAA), 50 tahun
silam. Seperti dilansir situs www.arsitekturindis.com, nama “Dwi Warna” diberikan
secara khusus oleh Bung Karno, setelah Negara Pasundan bersatu kembali ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1949.
Akan tetapi, berdasarkan situs bandungheritage.org, nama “Dwi Warna” justru diberikan
Bung Karno saat memeriksa persiapan terakhir menyambut pelaksanaan KAA sekira
tanggal 17 April 1955.
Gedung ini pernah menjadi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan
gedung Sekretariat KAA Tahun 1955. Seusai KAA, bangunan ini dijadikan sebagai
Kantor Pusat Pensiunan dan Pegawai, lalu Kantor Pusat Administrasi Belanja Pegawai
yang namanya Subdirektorat Pengumpulan Data Seluruh Indonesia. Kini, gedung
tersebut dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan
RI Kantor Wilayah XII Bandung.
Gedung tersebut dibangun pada tahun 1940 di bawah pengawasan Technische Dients
Voor Stadsgemeente Bandung dan diperuntukkan sebagai tempat dana pensiun seluruh
Indonesia. Pada waktu Pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia, gedung itu
dipergunakan sebagai Gedung Kempeitai. Kemudian pada masa pendudukan Belanda
berfungsi sebagai Gedung "Recomba", dan pada masa Negara Pasundan dipakai sebagai
gedung Parlemen Negara Pasundan. Di gedung ini pula dilakukan demonstrasi menuntut
pembubaran Negara Pasundan agar kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lima puluh tahun silam, beberapa bulan sebelum KAA digelar, Indonesia membentuk
sekretariat konferensi yang beranggotakan perwakilan negara-negara penyelenggara. Itu
tadi, sekretariat bertempat di Gedung Dana Pensiun (kini Gedung Dwi Warna) Sekretaris
Jenderal Kementerian Luar Negeri RI Roeslan Abdulgani menjadi ketua, sedangkan 4
posisi lainnya dijabat oleh sejumlah perwakilan negara-negara penyelenggara. U Mya
Sein dari Burma, M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan
Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam sekretariat itu, terdapat 10 staf yang
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri dari 2 orang Birma, seorang dari Srilanka, 2
orang India, 4 orang Indonesia, dan seorang dari Pakistan.
Pemerintah Indonesia sendiri, sekira tanggal 11 Januari 1955, membentuk Panitia
Interdepartemental. Kendati demikian, seminggu sebelumnya, di Bandung, dibentuk
panitia lokal dan dipimpin oleh Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat kala itu.
Seperti dilansir situs www.bandungheritage.org, panitia tersebut bertugas mempersiapkan sekaligus melayani soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi,
kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokoler, penerangan, dan sebagainya.
SUMBER: ENSIKLOPEDIA
Bandung merupakan salah satu “saksi sejarah” Konferensi Asia-Afrika (KAA), 50 tahun
silam. Seperti dilansir situs www.arsitekturindis.com, nama “Dwi Warna” diberikan
secara khusus oleh Bung Karno, setelah Negara Pasundan bersatu kembali ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1949.
Akan tetapi, berdasarkan situs bandungheritage.org, nama “Dwi Warna” justru diberikan
Bung Karno saat memeriksa persiapan terakhir menyambut pelaksanaan KAA sekira
tanggal 17 April 1955.
Gedung ini pernah menjadi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan
gedung Sekretariat KAA Tahun 1955. Seusai KAA, bangunan ini dijadikan sebagai
Kantor Pusat Pensiunan dan Pegawai, lalu Kantor Pusat Administrasi Belanja Pegawai
yang namanya Subdirektorat Pengumpulan Data Seluruh Indonesia. Kini, gedung
tersebut dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan
RI Kantor Wilayah XII Bandung.
Gedung tersebut dibangun pada tahun 1940 di bawah pengawasan Technische Dients
Voor Stadsgemeente Bandung dan diperuntukkan sebagai tempat dana pensiun seluruh
Indonesia. Pada waktu Pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia, gedung itu
dipergunakan sebagai Gedung Kempeitai. Kemudian pada masa pendudukan Belanda
berfungsi sebagai Gedung "Recomba", dan pada masa Negara Pasundan dipakai sebagai
gedung Parlemen Negara Pasundan. Di gedung ini pula dilakukan demonstrasi menuntut
pembubaran Negara Pasundan agar kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lima puluh tahun silam, beberapa bulan sebelum KAA digelar, Indonesia membentuk
sekretariat konferensi yang beranggotakan perwakilan negara-negara penyelenggara. Itu
tadi, sekretariat bertempat di Gedung Dana Pensiun (kini Gedung Dwi Warna) Sekretaris
Jenderal Kementerian Luar Negeri RI Roeslan Abdulgani menjadi ketua, sedangkan 4
posisi lainnya dijabat oleh sejumlah perwakilan negara-negara penyelenggara. U Mya
Sein dari Burma, M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan
Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam sekretariat itu, terdapat 10 staf yang
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri dari 2 orang Birma, seorang dari Srilanka, 2
orang India, 4 orang Indonesia, dan seorang dari Pakistan.
Pemerintah Indonesia sendiri, sekira tanggal 11 Januari 1955, membentuk Panitia
Interdepartemental. Kendati demikian, seminggu sebelumnya, di Bandung, dibentuk
panitia lokal dan dipimpin oleh Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat kala itu.
Seperti dilansir situs www.bandungheritage.org, panitia tersebut bertugas mempersiapkan sekaligus melayani soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi,
kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokoler, penerangan, dan sebagainya.
SUMBER: ENSIKLOPEDIA