Gedung Swarha
yang terletak di Jalan Asia Afrika di depan Kantor Pos Besar Bandung saat ini memang dalam kondisi tidak terawat. Tulisan Swarha yang tepat berada di puncak gedung pun salah satu hurufnya sudah tidak utuh. Padahal, seperti halnya gedung-gedung bersejarah di jalan ini, bangunan ini memiliki nilai historis.
Lantai satu gedung ini dipakai sebagai gudang stok barang jualan Toko Indra. Ruangannya pengap, lembap, gelap, kelam, dan banyak numpuk barang. Adapun lantai dua, kondisinya tidak jauh beda dengan lantai satu. Hanya saja lantai dua ini kosong melompong alias tidak ada barang plus tidak ada penting. Sedangkan di lantai tiga, di lantai ini pernah dipakai shooting Love Is Cinta, filmnya Acha. Sementara di lantai empat, jendelanya sudah pada pecah dan pecahannya berserakan di sana-sini. Ada sarang burung, malah kelelawar juga ada.
Yang penulis tahu dari beragam sumber, Gedung Swarha Islamic, dahulu gedung ini dipergunakan sebagai penginapan. Pada 1955 ketika Konferensi Asia Afrika gedung ini difungsikan sebagai penginapan para tamu negara dan wartawan yang sengaja dipilih berdekatan dengan kantor pos. Mungkin zaman dulu, wartawan tinggal mengeposkan beritanya ke redaksi. Jadi, sengaja wartawan ditempatkan di situ agar informasi mengenai pelaksanaan KAA bisa terus diupdate oleh kantor berita masing-masing.
Swarha Islamic adalah salah satu dari 14 hotel yang terpilih selama KAA, lainnya adalah Savoy Homann, Hotel Preanger, dan Hotel Astoria (sudah tidak ada), dan Hotel Braga. Gedung Swarha dibangun tahun 1930 - 1935 oleh arsitek Belanda, Wolff Schoemaker. Fungsi awalnya toko dan hotel. Sekarang hanya lantai dasar yang dipakai sebagai toko, lantainya lainnya dibiarkan terlantar. Ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut sebetulnya kurang cocok dengan tata ruang Kota Bandung. Gedung Swarha terlalu mepet dengan jalan. Dengan bentuk bangunan seperti itu tidak cocok dengan tata ruang. Namun, bagaimana pun kehadiran gedung ini telah mewarnai perjalanan sejarah Kota Bandung. (Apalagi sekarang, tempat mana sih yang ideal dengan tata ruang Kota Bandung? Bandung semakin pajeulit saja dalam mengurus tata ruangnya.)
sumber:Ensiklopedia
yang terletak di Jalan Asia Afrika di depan Kantor Pos Besar Bandung saat ini memang dalam kondisi tidak terawat. Tulisan Swarha yang tepat berada di puncak gedung pun salah satu hurufnya sudah tidak utuh. Padahal, seperti halnya gedung-gedung bersejarah di jalan ini, bangunan ini memiliki nilai historis.
Lantai satu gedung ini dipakai sebagai gudang stok barang jualan Toko Indra. Ruangannya pengap, lembap, gelap, kelam, dan banyak numpuk barang. Adapun lantai dua, kondisinya tidak jauh beda dengan lantai satu. Hanya saja lantai dua ini kosong melompong alias tidak ada barang plus tidak ada penting. Sedangkan di lantai tiga, di lantai ini pernah dipakai shooting Love Is Cinta, filmnya Acha. Sementara di lantai empat, jendelanya sudah pada pecah dan pecahannya berserakan di sana-sini. Ada sarang burung, malah kelelawar juga ada.
Yang penulis tahu dari beragam sumber, Gedung Swarha Islamic, dahulu gedung ini dipergunakan sebagai penginapan. Pada 1955 ketika Konferensi Asia Afrika gedung ini difungsikan sebagai penginapan para tamu negara dan wartawan yang sengaja dipilih berdekatan dengan kantor pos. Mungkin zaman dulu, wartawan tinggal mengeposkan beritanya ke redaksi. Jadi, sengaja wartawan ditempatkan di situ agar informasi mengenai pelaksanaan KAA bisa terus diupdate oleh kantor berita masing-masing.
Swarha Islamic adalah salah satu dari 14 hotel yang terpilih selama KAA, lainnya adalah Savoy Homann, Hotel Preanger, dan Hotel Astoria (sudah tidak ada), dan Hotel Braga. Gedung Swarha dibangun tahun 1930 - 1935 oleh arsitek Belanda, Wolff Schoemaker. Fungsi awalnya toko dan hotel. Sekarang hanya lantai dasar yang dipakai sebagai toko, lantainya lainnya dibiarkan terlantar. Ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut sebetulnya kurang cocok dengan tata ruang Kota Bandung. Gedung Swarha terlalu mepet dengan jalan. Dengan bentuk bangunan seperti itu tidak cocok dengan tata ruang. Namun, bagaimana pun kehadiran gedung ini telah mewarnai perjalanan sejarah Kota Bandung. (Apalagi sekarang, tempat mana sih yang ideal dengan tata ruang Kota Bandung? Bandung semakin pajeulit saja dalam mengurus tata ruangnya.)
sumber:Ensiklopedia